Kamis, 26 Mei 2011

Bab 1 Part.2

*Hector's Plot*

          Waktu sudah menunjukan jam setengah 6 sore. Aku harus bergegas pergi ke sekolah dan bertemu Mischa untuk menyelidiki tentang Kalangi, anak kelas 10-1 yang menghilang sejak empat hari yang lalu.
          " Hei, kau terlambat." terlihat siluet seorang perempuan dari kejauhan. Dialah Mischa.
          " Iya, iya. Sorry deh."
          " Ya sudahlah, ayo masuk ke dalam."
          Saat aku melewati gerbang sekolah, badanku terasa berat dan suasananya serasa tidak nyaman. Entah apapun ini tapi, biarkan saja. Mungkin ini hanya perasaanku saja.
          " HUAAAA!!! ", tiba-tiba terdengar suara jeritan dari kejauhan. " Suara siapa itu? " tanya Mischa kepadaku. "Entahlah, suaranya berasal dari halaman belakang. Sepertinya dari taman! "
          " Ayo kesana!"
Aku pun bergegas pergi ke taman dan aku melihat seorang perempuan menjerit histeris. Rasanya aku pernah melihat perempuan itu. Oh iya, dia anak yang tadi siang kutabrak.


*** 

  *Mischa's Plot*
         
         Sekarang sudah jam 17.50. Masih 10 menit lagi sih waktu perjanjianku dengan si Hector. Tapi aku belum terlalu tahu Hector orangnya seperti apa. Jangan-jangan dia tipe orang yang serba on time lagi. Heeh...buat jaga-jaga ada baiknya aku datang lebih awal saja deh.Okay, time for the action!


*** 

         Bah, sepertinya aku datang terlalu awal.Tidak ada siapa-siapa disini, sepi. Ng..sekarang pas jam 6, dia sudah jalan ke sini belum ya?
           ....
         Aneh. Semakin lama suasananya semakin sumpek, aku tidak suka. Seperti...ada dorongan untuk segera pergi dari sini.
         TAP TAP TAP
         Siapa itu?
         " Hey, Mischa." , rupanya Hector yang sudah datang. Dia benar benar membuatku takut.
         " Hei, kau terlambat." 
         " Iya, iya. Sorry deh."
         " Ya sudahlah, ayo masuk ke dalam."
         Ukh..aku tidak suka udara ini. Semakin masuk ke dalam sekolah entah kenapa rasanya..sesak....
         " HUAAAA!!!! " 
         Suara apa lagi itu? Membuatku semakin gelisah saja.
         " Suara siapa itu? ", tanyaku dengan rasa gelisah yang sedikit kukurangi sendiri. " Entahlah, suaranya berasal dari halaman belakang. Sepertinya dari taman! "
         " Ayo kesana! "
         Ternyata seorang anak perempuan. Oh! Aku tahu anak itu, anak perempuan itu kan adik kelasku. Dia yang menabrak Hector tadi pagi, haha ada-ada saja anak itu..Dan lagi, untuk apa juga dia pergi ke sekolah malam-malam begini?

***
        

   *Michelle's Plot*

          Waktu sudah menunjukan pukul 6 sore, saatnya aku pergi ke sekolah. Aku sangat penasaran dengan tulisan yang tadi kutemui di taman. Apa maksudnya ya?
          "Ma, aku pergi dulu ya." kataku kepada ibuku yang ada di dapur.
          "Mau kemana, Chelle? Sudah malam. Jangan main keluar-keluar."
          "Enggak Ma, aku cuma mau ngambil buku pelajaranku yang ketinggalan di rumah temen. Sebentar kok."
          "Ya sudah, cepat pulang ya. Hati-hati di jalan."
          Aku pun segera keluar, dan menuju ke sekolah. "Tunggu.. Siapa itu? Sepertinya aku pernah melihatnya. Ngapain mereka ke sekolah malam-malam begini?" kataku dalam hati. Baiklah, daripada aku ke dalam sekolah lewat gerbang depan, nanti ketahuan mereka, lebih baik aku lewat pintu belakang sekolah yang langsung menuju ke taman.
          Begitu sampai di taman, aku melihat keran air yang masih menyala. Pemborosan sekali sekolah ini, pikirku. Saat aku mematikan keran airnya, tiba-tiba air yang keluar semakin deras dan semakin lama semakin menjadi gelap warnanya. Itu darah! Aku yang takut dengan darah kontan langsung menjerit histeris. Dua orang yang tadi kulihat di depan gerbang sekolah pun langsung datang menghampiriku. Tunggu, aku kenal mereka. Yang cowok adalah anak yang menabraku tadi siang (yang ogah-ogahan menolongku, huh!) dan yang satu lagi adalah Mischa dari kelas 12-2.


***


*Hector's Plot*

      " Hei, kenapa kau berteriak? ", tanyaku bingung. Wajah perempuan itu benar-benar pucat. Jari telunjuknya mulai bergerak perlahan, sambil gemetaran. Sepertinya ia menunjuk sesuatu. Ia menunjuk..
        " Darah.", Mischa menggumam histeris melihatnya. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dengan cepat untuk menutupi pandangannya terhadap keran air darah itu.
        " Mustahil. Air kerannya..eh, anu, adik.. "
        " Panggil aku Michelle." , " Tapi..tolong...sebaiknya kita pergi dari tempat ini dulu.."
        " Baiklah." , " Mischa, mungkin ekspedisi kita kali ini kita undur dul..."
        " Tidak bisa!" , Mischa membuka tangan yang menutup matanya,  " Kita sudah sampai disini dengan susah payah tanpa ketahuan orang lain, tahu! Lu mau melewatkan kesempatan ini begitu aja?? "
        " Iya, tapi Michelle..!"
        " Engga, kak Mischa benar. Aku juga..ke sini karena suatu hal yang penting. Tadi pagi aku melihat tulisan  This park of blood. You come. Not by a long shot. Aku melihatnya ada di bangku taman ini tadi sore, karena itu, aku jadi penasaran dan pergi ke sekolah ini malam-malam karena menurutku..tulisan not by a long shot yang kulihat tadi sore mungkin bermaksud malam. Tapi tulisan itu sekarang justru menghilang dan tiba-tiba ada keran yang menyala. Aku ingin mematikan keran itu, tapi airnya justru semakin deras dan berubah menjadi...darah.." , Michelle merubah postur berdirinya menjadi lebih tegap, " Tapi apapun itu, akan kuceritakan lebih banyak lagi di tempat lain. Ayo kita pergi. Aku benci melihat darah..."
        Aku dan Mischa melihat keadaan Michelle yang sepertinya benar-benar ingin segera pergi dari tempat itu. Kami pun segera mengikutinya pergi...
        ....ke dalam sekolah?

***

Sabtu, 05 Februari 2011

Bab 1 Part.1

*Hector's Plot*

           "Oi, Tor! Lu denger gak tentang anak perempuan kelas 10-1 yang katanya menghilang?",kata temanku Chris.
           "Enggak, emang kenapa?"
           "Itu loh... kemarin katanya anak itu gak pulang ke rumahnya. Dicariin di sekolah, di rumah temennya, di tempat dia biasa nongkrong juga gak ada."
           "Ih, aneh banget sih. Bener tuh udah dicari kemana-mana? Ahh...anak zaman sekarang sukanya kabur terus deh. Gak seru."
           "Haha, iya! Ah daripada mikirin gitu, kita ke kantin aja yuk."
           "Ah, gak usah deh gue. Lagi males ni, gak selera. Sorry ya."
           "Ok deh, gak papa. Gue ke kantin dulu ya.", kata Chris sambil membalikkan badan dan berlari ke arah kantin.
           Entah kenapa aku justru jadi kepikiran tentang kemana anak perempuan itu pergi. mungkinkah dia seorang broken home? Atau sedang bermasalah dengan orang tuanya? Atau...diculik?....Mungkin saja. Semua itu bisa terjadi.
          Akhirnya setelah pulang sekolah, aku memutuskan untuk melihat ke kelas 10-1. Siapa tahu ada clue atau lainnya. Sesampainya di ruang kelas 10-1, aku iseng-iseng mengecek semua perabotan di ruangan itu. Dan ternyata benar! Persis di meja paling pojok kiri belakang, ada tulisan kasar yang sepertinya dibuat oleh anak iseng dengan menggunakan bolpoin. 's_ _ 00_ @_ _ght6p_'.
          "Tulisan aneh apa ini? Apa mungkin ini clue? kok sepertinya tidak ok sekali. Ah coba-coba masukkan huruf -huruf sajalah."


***


*Mischa's Plot*

          Aneh. Sungguh aneh. Tulisan di meja kantin tadi membuatku kepikiran terus!  Apa salahku? Apa Tuhan benar-benar mengutukku gara-gara aku banyak dosa?! "Huwaaa....", tanpa sadar aku mengeluarkan suara aneh di depan Natalia.
          "Kenapa kamu?", tanya Natalia.
          "Tidak.., cuma mikir hal yang rumit aja.", jawabku tak ingin orang lain tahu tentang hal yang tidak duniawi tadi.
          "Ah..payah. Tapi aku juga sih...lagi kepikiran sama 1 hal.."
          "Apa itu?", tanyaku agak penasarn melihat wajah temanku yang tiba-tiba berubah sendu begitu.
          "Kalangi", "Kalangi dari kelas 10-1. Kau tahu kalau dia menghilang, kan? Aku jadi khawatir. Empat hari ini dia tidak pulang ke rumah, ditelpon pun juga tidak menjawab, dan lebih lagi, tidak ada yang tahu kemana dia pergi."
           Ah aku ingat. Baik Natalia maupun Kalangi, kedua-duanya adalah OSIS. Pasti mereka sering bertemu. Dan mereka tidak hanya teman satu OSIS, tapi teman karib! Wajar kalau Natalia khawatir dengan keadaan Kalangi.
          "Natalia, aku akan membantumu!"
          "Eh?"
          "Aku akan membantumu mencari Kalangi!", tanpa menunggu jawaban langsung saja aku berlari untuk mencari tahu tentang Kalangi. Meninggalkan Natalia dengan wajah yang melongo bingung sekaligus kaget. Aku ini juga temannya. Aku akan membantunya.

***
           Kelas 10-1. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, sepertinya sedang sepi.
           SRAAAK... "Kau..!"
           "Hah?!", teriak kaget seorang lelaki yang sepertinya sudah ada di kelas itu sejak tadi. Sepertinya dia sedang memerhatikan sesuatu.
           "Apa yang sedang kau lakukan di sini? Kalau tidak salah kau murid pindahan di kelas 12-4, kan?"
           "Ah..ya..., kau sendiri..ngapain ke kelas ini? Oh ya,sebelumnya, perkenalkan, nama gue Hector. Lu?", sapa lelaki itu berusaha memperkenalkan diri. Meskipun masih terlihat di raut muka lelaki itu terlihat sisa kekagetan tadi.
           "Mischa", " Mischa Delayate dari kelas 12-2. Jangan tertawa dengan namaku yang aneh. Ibuku yang memberinya dan aku bangga dengan hal itu."
           "Hah, kau ini ada-ada saja. Easy girl.. Gue gak akan menertawakan nama lu kok."
           Tanpa sadar, mataku menerawang meja yang sepertinya ada coretan aneh di dasarnya. sch00l@night6pm.
           "Hei, kau mencoret-coret mejanya?"
           "Bukan, bukan gue. Begitu gue datang sudah ada."
           "Jangan bohong! Jelas-jelas kau memegang bolpoin dan beberapa huruf di meja ini seperti baru ditulis.", bantahku dengan sedikit bangga. Karena itu berarti aku berhasil menaklukkan kebohongannya.
           "Baiklah,baiklah gue ngaku. gue memang menulisnya, tapi tidak semuanya gue tulis dan gue baru saja memecahkan sedikit misteri tentang hilangnya anak perempuan dari kelas 10-1 itu!"
           Langsung saja hatiku berdegup kaget. Barusan dia mengatakan anak perempuan yang hilang dari kelas 10-1. Dia baru saja menyebut Kalangi!
           "Kenapa kau mencari anak itu?", tanyaku setengah menahan rasa penasaran yang benar-benar besar tentang lelaki aneh ini.
           "Penasaran saja. Habis hilangnya anak itu terlalu aneh. Sebenarnya bukan urusan gue sih. Tapi kalau gue sudah penasaran, gue jadi ingin cepat-cepat tahu kejadian yang sebenarnya."
           Nah, ini dia yang disebut kesempatan. Bukankah melakukan sesuatu bersama lebih baik daripada sendiri.
           "Baiklah aku percaya padamu. Oh ya, aku akan menawarkan bantuan kepadamu.", " Bagaimana kalau kita mencari anak itu bersama-sama? Semuanya tentu akan jadi lebih mudah, kan?"
           "Heh, rupanya lu juga sedang mencari anak itu, ya? Baiklah gue setuju."
           "Nah, sekarang bisa tolong ceritakan apa saja yang sudah kau temukan dan bagaimana kau bisa mencoret meja ini."
           Lelaki aneh bernama Hector itu mulai menceritakan semuanya. Dimulai dari temannya yang memberitahunya soal Kalangi, rasa penasarannya yang terlalu besar, penemuan tulisan aneh di meja pojok, sampai bagaimana ia mencoba memecahkan coretan aneh itu sendiri sehingga terbentuk sch00l@night6pm, hingga akhirnya bertemu denganku dan disangka mencoret meja.
           "Haah....hari ini banyak kejadian aneh deh. Mulai dari Kalangi yang hilang sampai tulisan kematian yang lumayan mencekam hidupku."
           "Tulisan kematian?"
           "Ya."
           "HIDUPMU AKAN SEGERA BERAKHIR.", serentak kami berdua menjawab bersama. Aku yang ingin memeberitahu dan Hector yang berusaha menebak. Tapi, bagaimana ia bisa tahu?
           "Tunggu, kok kau bisa tahu?", Tanyaku agak bingung dan semakin tambah penasaran tentang cowok ini.
           "..Karena...gue juga mendapatkan...tulisan itu.."
           TIK TIK TIK. Bunyi jarum jam terdengar lebih kencang dari biasanya. keadaan menjadi sepi selama beberapa menit, sementara kami berdua masih bertatap muka bingung sambil mencerna semua kejadian ini di otak kami masing-masing. Apa sebenarnya maksud dari semua ini?


***


*Michelle's Plot*

          Aku masih sedikit kepikiran sama kejadian tadi. Aku jadi bingung! Dunia rasanya sudah tidak aman. Haduuh...mungkin pergi ke taman bisa menenangkan pikiranku.
          Dan begitu aku pergi ke taman...sekali lagi, ada tulisan aneh di depan mataku.
          "This park of blood. You come. Not by a long shot.", langsung saja mataku terbelalak melihat tulisan aneh yang menyebut kata 'blood' di antara goresan-goresan di kursi taman.
          Darah.
          Ya, itu adalah hal yang paling kutakuti. Bisa dibilang..aku sedikit trauma dengan darah. Saat aku kecil, aku pernah menemukan anjing kecil di tengah jalan. Saat itu dia begitu mungil, begitu tak berdaya. Karena itu, aku langsung membawa anjing tersebut ke rumahku dan ingin memeliharanya.
          Awalnya orangtuaku tidak suka, tapi aku terus merengek untuk menjadikan anjing itu temanku di rumah. Aku menamai anjing itu Micky. Nama yang kudapat dari Miracle dan Lucky. Kurasa itu pantas untuknya. Sudah menjadi keajaiban dan keberuntungan yang luar biasa untuk Micky yang masih bisa bertahan hidup sendiri dengan tubuh kecilnya itu.
          Dia anjing yang paling kusayangi. Yang sudah kurawat dari kecil hingga...setahun yang lalu. Saat aku sedang mengajaknya berjalan-jalan, ia mati tertabrak truk di depan mataku sendiri. Berdarah. Si Micky berdarah. Ia tidak bergerak, hanya aliran darahnya saja yang terus mengalir. Aku yang menyaksikan kejadian itu pun langsung pingsan. Saat itulah aku mulai takut melihat darah.
          Haah..ya sudahlah, lupakan cerita barusan. Aku tidak ingin mengingatnya lagi, itu terlalu...sudahlah. Sudah cukup. Konsentrasiku langsung tertuju pada maksud dari tulisan di kursi taman itu lagi. Apa itu hanya orang iseng atau ada maksud tersembunyi lainnya? Aku harus mengetahui maksud dari tulisan ini bagaimana pun caranya. Ng, 'Not by a long shot' ? Tidak lama lagi? Apa maksudnya?
          Hari menjelang sore, aku harus pulang. Ng..tunggu sebentar! Sekarang sore, tidak lama lagi adalah MALAM. Aku telah memecahkan misteri tulisan ini! Baiklah, sebaiknya aku pulang dulu ke rumah, lalu aku akan kembali lagi kesini saat malam hari.


***

Prolog

*Hector's Plot*
  
          "Hector!" bentak wali kelasku.
          "Ah iya, Bu!"
          "Kamu ini ngelamun terus. Pulang sekolah, temui ibu di ruang guru!"
          "Iya, iya..."
          Sudah kesekian kalinya aku ditegur oleh guru, bukan hanya wali kelasku tapi juga guru yang lainnya. Padahal aku baru saja masuk disekolah baruku ini.
          "KRINGGG!!!" bel tanda usai sekolah berbunyi.
          "Permisi bu!"
          "Iya, Hector. Akhir-akhir ini saya lihat kamu sering melamun. Ada apa?"
          "Saya pun juga tidak tahu Bu."
          "Kalau kamu sekali lagi melamun, Ibu hukum kamu!"
          "Iya, Bu..".
          Tak hanya di rumah, tapi ternyata di sekolah pun juga sama. Saat istirahat, Saat aku sendiri, bahkan saat guru menerangkan aku sempat melamun.
          "Au!" teriak salah seorang perempuan yang kutabrak.
          "Oh, maaf, maaf. Sini gua bantu".
          "Ya ampun. Kalau jalan liat-liat dong! Jangan melamun! Liat dong, bukunya jadi berantakan nih!".
          "Iya, iya, maaf, maaf".
          Perempuan itu langsung pergi meninggalkanku, tampaknya dia terlihat kesal.
          Saat aku pulang ke rumah, tak seperti biasanya. Tak ada seorang pun di rumah, biasanya ada pembantuku di rumah. Aku tinggal hanya dengan pembantuku. Bisa dibilang aku ini "Anak Perantauan". Ibu ku berada di luar kota. Kata ibuku, ayah ku sudah meninggal. Saat aku bayi pun, aku belum pernah bertemu dengannya. Aku tak tinggal bersama ibuku karena saat aku SMA, aku merasa ada sesuatu yang mendorongku untuk bersekolah disini.
          "Srek.. Srek..." terdengar suara aneh dari loteng.
          Aku  naik ke lantai 2 dan aku langsung merasakan adanya tanda-tanda yang aneh. Kulanjutkan perjalananku untuk sampai ke loteng dan saat sampai aku terkejut melihat bercak darah dengan tulisan "HIDUPMU AKAN BERAKHIR"


***


*Mischa's Plot*

           Jam 14.00 disekolah. Tidak akan ada hal yang baru. Yah... Setidaknya, itulah yang kuperkirakan untuk kehidupanku nanti.
           "Mischa!"
           "Oh, Natalia...", pikirku.
           "Hari ini mau pulang bareng denganku, tidak?"
           "Ah, tidak. Masih ada yang ingin kulakukan di sekolah."
           Coba pikir, apa jadinya jika aku menyetujuinya? Mungkin aku akan melewati hari-hari monoton lagi. Jadi, aku memilih untuk keliling-keliling sekolah dahulu. Sekedar mencari suasana...
           GUBRAKK
           "Au!"
           "Oh, maaf, maaf. Sini gua bantu"

           Oh.. Ada murid yang tabrakan. Kupikir apa...
           Ng.. Kalau tidak salah yang satunya bernama Michelle, lalu yang satunya... Aku belum pernah melihatnya, mungkin murid pindahan. Lupakan sajalah.
           Lalu, kuputuskan untuk meninggalkannya dan pergi ke kantin untuk makan. Saat aku duduk dan menunggu, aku menyadari kalau ada tulisan kecil yang mencolok di meja yang dituliskan dengan spidol merah..atau...darah? "HIDUPMU AKAN BERAKHIR"

***


*Michelle's Plot*

           Siang hari di sekolah, semua terlihat sepi. Dan akhirnya, kuputuskan untuk mengerjakan tugas matematika.
           "Hmm... Ini kok susah juga.. ?? Ng.."
           DUAAAKKK
           "Oh, maaf, maaf. Sini gua bantu" kata seorang lelaki yang sepertinya murid pindahan yang tidak kukenal.
           "Ya ampun. Kalau jalan liat-liat dong! Jangan melamun! Liat dong bukunya jadi berantakan nih!"
           "Iya, iya, maaf, maaf"
           "Maaf, maaf.. Enak aja lu minta maaf!" gerutuku dalam hati.
           Untuk mengusir kejenuhan, aku memutuskan untuk ke toilet dan cuci muka. Saat kunyalakan keran, aku langsung terkejut saat air yang keluar adalah darah dan dibalik percikan darah itu terlihat sebuah tulisan yang bertuliskan "HIDUPMU AKAN BERAKHIR"

***